.....ehmmmmmmm.......

welcome to the area's ankga evil
enjoy reading what's there ....
before you get into my world, I suggest that you pray God presented to each of you.

Jumat, 25 Februari 2011

PEMBINAAN DIRI GENERASI MUDA HINDU SEBAGAI GENERASI PENERUS

Sebagaimana kita maklumi bersama bahwasanya di negara manapun peran Generasi Muda (Pemuda) merupakan “Soko Guru” atau tulang punggung dalam kancah perjuangan untuk mendapatkan pembaharuan, pembangunan maupun kemerdekaan. Tidak terkecuali di Indonesia dimana berkat pergerakan dan perjuangan para pemudalah yang tentunya didukung oleh semua komponen dan lapisan masyarakat sehingga kita memperoleh dan mencapai pintu gerbang kemerdekaan.
Oleh karena itu maka pembinaan Generasi Muda adalah suatu pekerjaan yang amat urgen serta perlu secara kontinyu dan berkesinambungan mutlak hendaknya dilaksanakan. Atas dasar inilah bangsa kita dengan penuh kesadaran menjadikan masalah pembinaan Generasi Muda ini menjadi masalah Nasional dengan menuangkan dalam GBHN yang termaktub dalam Tap MPR No. IV/MPR/1978.
Strategi Pembinaan Generasi Muda ditentukan sebagai berikut :
a. Pembinaan Generasi Muda diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus perjuangan bangsa dan Pembangunan Nasional dengan memberikan bekal berupa : :
- Ketrampilan
- Kepemimpinan
- Kesegaran Jasmani
- Daya Kreatif
- Patriotisme dan Idialisme
- Kepribadian dan Budi Pekerti Luhur
Untuk itu perlu diciptakan iklim yang sehat, sehingga memungkinkan kreativitas generasi muda berkembang secara wajar dan bertanggung jawab.
b. Pengembangan Wadah Pembinaan Generasi Muda seperti :
- Sekolah
- Organisasi fungsional pemuda seperti antara lain :
1. KNPI
2. Pramuka
3. Organisasi Olahraga
4. dan lain-lain
Untuk itu perlu diusahakan bertambahnya fasilitas dan sarana yang mendukung pengembangan pembinaan kepemudaan tersebut.
c. Perlu diwujudkan suatu pola kebijakan secara Nasional dan menyeluruh untuk menangani masalah-masalah pembinaan Generasi Muda secara menyeluruh dan terpadu.

II. GENERASI MUDA HINDU DAN PEMBINAAN DIRI
A. Generasi Muda Hindu
Mencermati amanat GBHN yang dituangkan dalam Tap MPR (No : IV/MPR/1978) kita sebagai Generasi Muda Hindu hendaknya tidak berdiam diri, akan tetapi harus merespon dengan semangat kebersamaan, melalui wadah yang ada baik yang bersekala Nasional lewat PERADAH (Persaudaraan Pemuda Hindu), PHI (Pemuda Hindu Indonesia). Demikian juga wadah berskala kedaerahan seperti Sabha Yowana, Seka Teruna-Teruni (Daha-Terunanya) masing-masing kita tidak perlu mempermasalahkan apa lagi mempertentangkan organisasi yang ada akan tetapi bagaimana kita memberdayakan dan mengefektifkan organisasi atau lembaga tersebut dalam pembinaan generasi muda Hindu itu sendiri.

B. Pembinaan Diri Generasi Muda Hindu
Pembinaan diri mutlak diperlukan, karena tanpa pembinaan akan mengakibatkan tanpa arah, tidak tertata yang bermuara pada amburadul bahkan kehancuran dan mala petaka. Memang ideal pembinaan dan tuntunan itu dilakukan sejak dini bahkan semasih dalam kandungan (prenatal). Sejak dini atau di usia mudalah orang akan lebih mudah membentuk pola dan prilaku yang tumbuh dan berkembang di masa berikutnya. Disamping itu di usia muda pikiran dan tenaganya masih sedang vitnya, untuk itu perlu diarahkan untuk belajar dan mempersiapkan diri.
Sarasamuscaya 27 menyebutkan :
“Matangnya deyaning wwang, pengponganikang kayowanan panêdêng ning awak, sadhanākêna ri karyaning dharma, artha, jnana, kuang apan tan pada kaśaktining atuha lawan rare, drstanta nahan yang alalang atuha telas rumepa maring alandêp ika”

Maksudnya :
Karenanya perilaku seseorang, hendaknya digunakan sebaik-baiknya masa muda, selagi badan sedang kuatnya, hendaklah dipergunakan untuk usaha menuntut dharma, artha dan ilmu pengetahuan, sebab tidak sama kekuatan orang tua dengan kekuatan anak muda ; contohnya ialah seperti ilalang yang telah tua itu menjadi rebah, dan ujungnya itu tidak tajam lagi.

Oleh karena itu pergunakanlah kesempatan di masa muda ini dengan sebaik-baiknya guna menuntut ilmu, ketrampilan dan skill sehingga dengan memiliki pengetahuan dan skill (ketrampilan) membuka pintu lebar-lebar untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang maksimal sebagai bekal di hari tua. Semakin tinggi atau semakin mantap seseorang menguasai ilmu pengetahuan dan ketrampilan maka semakin mudah mereka akan mendapatkan uang (artha).
Pembinaan diri disini disamping berupa ilmu pengetahuan dan ketrampilan dimaksudkan pula berupa kepemimpinan (ledership). Kepemimpinan dalam ajaran Hindu dibahas dalam Niti Sastra (Danda Niti) dan sebagai maestronya adalah Kautilya. Sebagai seorang pemimpin yang disebut raja atau swamim mempunyai kedaulatan penuh sebagai pelindung dharma dan keadilan (Cakrawartin dharma prawartaka).
Salah satu contohnya dari kepemimpinan ini sebagaimana yang diamanatkan oleh Sri Rama kepada Wibisana dalam kekawin Ramayana Sargah XXIV.52 dicantumkan :
Sanghyang Indra Yama Surya Chandra Nila, Kwera Baruna Agni nahan wwalu, sira ta maka angga sang Bhupati, matangniran inisti asta brata”.

Artinya :
Sanghyang Indra, Yama, Surya, Chandra dan Bayu. Sanghyang Kwera, Baruna dan Agni itu semuanya delapan. Semua Beliau itu menjadi pribadi sang Raja (pemimpin). Oleh sebab itulah beliau harus (memahami) dan memuja Asta Brata.

Rinciannya :
1. Indra Brata artinya dapat memberikan kesuburan atau kemakmuran rakyatnya.
2. Yama Brata maksudnya seorang raja harus berperilaku adil.
3. Surya Brata maksudnya seorang raja sangat berhati-hati tidak gegabah/tergesa-gesa.
4. Chandra Brata berarti seorang raja dapat memberi kesejukan, kelembutan simpatik.
5. Bayu Brata : seorang raja hendak meresap dan mengetahui keinginan/aspirasi rakyat.
6. Kwera Brata : seorang raja jangan rakus/tamak dalam mengenyam kenikmatan harta benda (Tri Boga).
7. Baruna Brata : seorang raja harus dapat meneruskan mala petaka dan bahaya.
8. Agni Brata : seorang raja harus dapat membangkitkan semangat menegakkan dharma dan membasmi adharma.
Berikutnya masalah kesegaran jasmani dan daya kreativitas sangat penting perlu dibina sebab tanpa jasmaninya sehat dan kuat bagaimana dapat menumbuhkan kreativitas yang tinggi. Dengan adanya Kementrian Pemuda dan Olahraga dengan berbagai programnya yang pada intinya mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga tentu bertujuan untuk menyehatkan masyarakat terutama generasi mudanya. Sebab didalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat “Men Sana in Korporisano”.
Selain olahraga yang perlu dicermati dalam membina kesehatan ini, masalah NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) harus dihindari. Jangan sampai terkena dan kecanduan barang-barang yang membahayakan ini. Sebab sekali kena dan kecanduan itu berarti kehancuran dan mala petaka.
Sebagai seorang generasi muda harus mengembangkan daya kreativitas yang tinggi jangan loyo ; kembangkanlah kreativitas itu sesuai minat dan bakat demi menuju masa depan yang gemilang dan berprestasi baik dibidang sains maupun seni dan olahraga. Sebab bagi mereka yang berprestasi akan mengharumkan nama dan martabat diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini sesuai dengan apa yang tersurat dalam kekawin Niti Sastra IV.1. “...... yaning putra suputra sadhu gunawan mêmadangi kula wandu-wandawa”.
Selain itu prihal tdb di atas masalah patriotisme dan idealisme sangat perlu ditanamkan serta ditumbuh kembangkan dalam benak generasi muda. Lebih-lebih di saat-saat kita memperingati HUT Kemerdekaan kita. Jangan sampai luntur rasa patriotisme camkan dan tumbuhkan semangat juang para pendahuli kita yang telah rela mengorbankan jiwa raganya bagi bangsa dan negara.
Idealisme Pancasila sangat perlu dipahami, dihayati sekaligus diamalkan sebagai falsafah dan “Way of Life” kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai Generasi Muda Hindu di Bali kiranya perlu mengacu pada pola pembangunan Bali yang berwawasan budaya dilandasi Tri Hita Karana.
Bagian terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah tentang kepribadian dan budi pekerti yang luhur. Sebab betapa majunya dan kuatnya pisik atau materi itu, tanpa ditunjang serta dilandasi kepribadian dan budi pekerti luhur niscaya tak ada artinya bahkan akan dapat menghancurkan diri kita semua. Landasan etika dan moral yang mengacu pada jati diri dan budi pekerti luhur akan menjadikan hidup ini indah dan harmoni. “Satyam Siwam Sundharam” Kebenaran, kesucian dan keharmonian adalah sutra yang indah dan penuh makna. Tanpa kejujuran dan kebenaran tidak akan memperoleh kesucian yang pada akhirnya keharmonisan dalam kehidupan ini. Rupanya disinilah peran dan hakekat agama yang esensi.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, agama patut dijadikan landasan etika dan moral. Tanpa moral yang baik mana mungkin mencapai hasil maupun pembangunan dan kehidupan yang baik. Oleh karena itu sebagai Generasi Muda Hindu target atau ukuran yang patut diwujudnyatakan adalah “Suputra Sadhu-Gunawan” yakni putra yang baik/utama adalah Sadhu (bermoral atau berbudi pekerti luhur) dan Gunawan (berpengetahuan dan berketrampilan). Dalam hal ini justru “Sadhu” lah dijadikan landasan dalam mengamalkan/mengaplikasikan ilmu pengetahuan dimaksud.
Di dalam buku Intisari Bhagawadgita ada pernyataan bahwa “Diri ini bukan badan”. Diri atau Sang Diri adalah hakekat/roh dari kehidupan ini. Inilah sejatinya yang ada dan kekal. Badan atau raga kita adalah tidak kekal oleh karena itu akan lebih baik cacat-cela badan ketimang cacat cela sang diri/mental spiritual kita. Makanya buta mata lebih baik daripada hatinya buta.
Rupanya disini hakekat pembinaan diri, yakni dalam hal phisik, ilmu pengetahuan dan ketrampilan disatu sisi dan disisi lain sebagai roh/hakikat adalah mental spiritual alias moralnya.
Sehubungan dengan hal tersebut Generasi Muda Hindu sebagai Generasi penerus hendaknya menjadikan “Catur Marga” 4 (empat) kiat menuju sukses yaitu :
1. Jnyana marga yaitu jalan ilmu pengetahuan ; Tuntunlah ilmu setinggi-tingginya. Tanpa ilmu pengetahuan hidup ini menjadi susah, sebaliknya dengan ilmu pengetahuan menjadi mudah. Bergelut dan bersahabatlah dengan ilmu pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan adalah sahabat yang utama “Nora hana mitra manglêwi hane wara guna maruhur”......
Pergunakanlah kesempatan masa muda untuk menuntut ilmu baik apara widya (sains dan teknologi) maupun “para widya” (spiritual).
2. Karma Marga : Ilmu pengetahuan yang kita miliki hendaknya diterapkan dalam bekerja sebaik-baiknya. Bekerjalah yang berorientasi pada prestasi atau hasil kerja yang optimal dengan bergantung pada upah dan gajinya.
Bila orientasinya pada hasil kerja atau prestasi orang tidak akan pernah mengeluh. Apalagi kerja itu dilandasi pada pengabdian. Bekerjalah sesuai dengan guna (bakat) dan karuna (bidang tugas) prosesinya.
Idealnya ajaran “karma-marga” mengamanatan agar kita “Sepi ing pamrih rame ing gawe”. Bekerjalah, bekerjalah tanpa menghitung berapa dan kapan hasil itu kita terima !
3. Bhakti Marga : disamping ilmu pengetahuan dan kerja prihal bhakti, dalam hal ini dapat dimaksudkan rasa hormat, tulus ikhlas dan loyalitas sangat perlu diterapkan. Dalam buku Kapita Selekta oleh Cudamani ada dinyatakan bahwa semua hasil budaya dan seni yang ada ini semua diawali dan dilandasi bhakti. Bhakti mengandung makna yang sangat luas sebagaimana tersirat di atas yang juga dibarengi cinta dan kasih.
Ibarat seorang ibu saking cinta pada anaknya walaupun belum bisa seorang anak/bayi meminta pakaian dan perhiasan, ibu atau orang tuanya akan membelikan dan memberikan buah hatinya apa yang mereka mampu.
Demikianlah sorang bhakta membangun tempat pemujaan (Pura) berikut persembahan berupa banten, seni dan uparengga lainnya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Terkait dalam kehidupan ini perlu dipupuk rasa bhakti atau loyalitas itu sehingga terjalin hubungan cinta kasih secara harmoni.
4. Raja/Yoga marga : dalam hal ini yang dimaksudkan bahwa sebagai generasi muda Hindi patut memberikan porsi pada kedisplinan, kepatuhan dan ketetapan hati. Seorang Yogi adalah mereka yang sangat disipplin dengan tata aturan pengendalian diri. Sebab inti hakikat yoga yang diamanatkan dalam Yoga Sutra oleh Pattanjali adalah “Yogascitta Wrtti Nirodah” artinya Yoga adalah pengendalian diri/pikiran atau indria. Hal ini wujud kedisplinan seorang yogi. Barang siapa yang kedisiplinannya tinggi mereka itulah yang dapat melakukan pekerjaan dengan sukses. Kedisplinan itu mutlak diperlukan dalam kehidupan. Kita kurang disiplin dan kadang kala kurang tertib sehingga kesuksesan bisa tertunta. Oleh karena itu mari mulai dengan hidup yang disiplin dan tertib. Disamping Yoga berarti disiplin juga Yoga berarti hubungan dari urat kata “Yug”. Dalam hal ini kita hendaknya dapat mengadakan hubungan yang harmoni baik terhadap Tuhan, manusia maupun pada alam lingkungan (Tri Hita Karana).
Bila kita dapat menerapkan hubungan yang harmoni ini khususnya dalam kaitan hubungan harmoni antar sesama manusia akan dapat mewujudkan kerukunan dan kedamaian.
Renungkan dan camkan konsepsi Catur Marga sebagai 4 (empat) kiat menuju sukses.

III. PENUTUP
Menyimak dari paparan dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembinaan Generasi Muda termasuk dalam hal ini pembinaan diri generasi muda Hindu mutlak sangat diperlukan guna menjadi generasi penerus.
2. Pembinaan ini seyogyanya diarahkan pada : ilmu pengetahuan/ketrampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreatif, patriotisme, idealisme, kepribadian dan budi pekerti yang luhur.
3. Dalam pembinaan diri ini kiranya dapat mengacu pada Catur Marga Yoga yaitu Jnana, Karma, Bhakti dan Raja/Yoga Marga.
Dalam pembinaan ini hendaknya dilakukan secara berkesinambungan, terarah dan terpadu dari semua pihak sehingga sukses, berdaya guna dan berhasil guna.


















DAFTAR PUSTAKA

1. A.A. Gde Oka Netra, Drs. : Remaja Agama dan Pembangunan, Yayasan Widya Graha.

2. Daradjat Zakiah, Dr. : Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung Jakarta, 1978.

3. PGAHN 6 Th. Singaraja : Niti Sastra Dalam Bentuk Kekawin, 1971.

4. Kadjeng I Nyoman, dkk. : Sarasamuccaya, Yayasan Dharma Sarathi, 1991.

5. Pendit S. Nyoman : Bhagawadgita, Daya Prana Press, 1988.

6. Kanwil Dep. Agama Prop. Bali : Kekawin Ramayana, Kapita Selekta Agama Hindu.

7. Cudamani : Kapita Selekta Agama Hindu

8. Wiana I Ketut, Drs. : Materi Pokok Niti Sastra, Ditjen Bimas Hindu dan Budha, 1996.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar